Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Untukmu yang Hidup di Masa Sekarang, Dariku di Masa Lampau



(Tulisan Tahun 90 an) 


Oleh : Guru H. M. Yunus bin Ainie


        Salam para penghuni syurga untuk seorang sahabat yang sedang berjuang untuk menyelesaikan sepenggal kisah perjuangan hidup di penghujung masa belajar ini.


        Untuk keluarga, untuk bakti seorang anak, untuk hormat seorang adik, untuk kebijakan seorang kakak, untuk cinta seorang pemimpi, dan untuk tiap-tiap apa saja yang kau lakoni dengan penuh kesungguhan dan cita, semoga dilancarkan dan dimudahkan.


        Saat ini, mungkin kita sudah menempuh jalur hidup yang dihamparkan untuk kita masing-masing, kawan.


        Apa kabar harimu?

        Semoga segala aral melintang pukang dapat dilalui dengan tersenyum, karena kita sadar betul, bahwa semua itu suatu nanti jadi kenangan terindah dalam hidup kita, yang bisa kita ceritakan dengan heroik dan meniru gaya para orang tua kita dulu waktu menceritakan kisah-kisah kepahlawanan mereka.


        Betapapun, akhirnya kita sampai juga pada suatu masa dimana kita harus melewati lagi semua fase itu. Semua fase kesendirian, semua fase keletihan, semua fase yang membuat kita merasa jadi seorang terasing di belantara hidup ini.


        Tapi betapapun juga, kita- yakin sekali saya – akan jadi orang yang bertahan hingga titik akhir fase cerita itu, nanti kita akan jadi orang bijak yang mengajarkan pada anak-anak muda di seberang sana tentang bagaimana caranya menghadapi hidup, tentang bagaimana caranya bertahan, tentang bahwa semua badai pasti berlalu, tentang bahwa semua gelap akan jadi terang, tentang bahwa kita adalah saksi sekaligus pelaku sejarah lakon kekuatan tekad manusia yang meluluh lantakkan karang keras kehidupan.


        Apa kabarmu di sana, kawan?

        Semoga semua kesendirian dapat dilewati dengan santai dan tanpa beban, karena kita yakin betul, bahwa kita, suatu ketika akan bercerita dengan ringan, kepada siapapun dia yang menjadi teman hidup kita nanti, bahwa jauh sebelum kehadiran dia, kita sudah merasakan pertanda yang muncul lewat angin yang berdesir, yang muncul lewat rintik hujan, lewat desah mentari sore yang menjadi tua, lewat malam-malam hening kita yang kita lalui sendiri, kita sudah merasakan pertanda bahwa ada seorang yang juga menanti di ujung belahan dunia sana.


        Maka itu kita terlalu malu untuk sekadar menjadi orang yang terlalu panik, dan mengejar apa yang orang biasa sebut dengan cinta, karena kita ingin kita menjadi layak –meskipun sedikit- untuk pendamping semulia mereka.


        Apa kabarmu di sana kawan?

        Semoga semua ketidakpastian akan masa depan dapat dijadikan semangat menggelegar karena yakin bahwa hidup ini akan menjadi lebih luar biasa dengan kejutan kejutan.


        Dalam tataran apapun, dan dalam status apapun yang akan diberikan kepada kita nantinya, kita hanya punya satu cita-cita, bahwa semua akan berbahagia untuk telah melahirkan anak seperti kita, untuk memiliki adik seperti kita, untuk memiliki kakak seperti kita, untuk memiliki seorang sahabat seperti kita.


        Apa kabarmu di sana kawan?

        Semoga selalu baik. Karena sampai detik waktu terakhir nanti, kita akan terus mengukir epik, menjadikan dunia ini untuk tidak menyesal karena catatan harinya terukir dengan cerita bahwa terdapat pejuang kehidupan yang mengisi lembar sejarahnya. Pejuang yang bernama KITA.


        Waktu kita terus mengalir detik demi detik. Mungkin pada akhirnya nanti, dunia ini tidak pernah kenal siapa kita, tetapi paling tidak kita telah memenuhi janji pada diri sendiri untuk berbuat yang terbaik yang kita bisa, untuk ayah dan bunda, kakak dan adik kita, untuk teman2 terbaik kita, untuk pasangan jiwa nun di sana, dan pada akhirnya…untuk dunia.


        Apa kabarmu di sana kawan?


( Ini tulisan jaman masih didalam penjara suci(semua teman menyebut ma'had) dulu, betapapun tua, tulisan ini masih relevan sampai sekarang. Saya biarkan tak ter-edit, meski sangat ingin menambahkan dan mengoreksi diri sendiri bahwa segala jejak perjuangan sejauh ini ialah untukNya, bukan untuk siapa-siapa semestinyap).

Posting Komentar untuk "Untukmu yang Hidup di Masa Sekarang, Dariku di Masa Lampau"