Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Surat Cinta Dari dan Untuk Abuya


Dalam hidup ini, banyak sekali hal yang ingin kita capai. Entah itu keuangan yang mapan, jabatan yang terhormat, prestasi yang membanggakan, hubungan sosial yang baik dan sebagainya. Semuanya kita perjuangkan atas dasar asumsi kita bahwa kita akan lebih berbahagia jika mendapatkannya. 


Dalam proses pencapaian goal tersebut banyak hal yang kita lalui. Mulai dari rasa sedih dan gundah yang kadang berlarut saat kita gagal. Sampai rasa senang dan bahagia saat kita berhasil mencapainya. Namun yang namanya kebahagiaan pun pasti tidak akan bertahan lama. Ada saatnya kita merasa seperti diatas awan, namun ada saatnya pula kita merasa jatuh tertimpa tangga.


Begitu seterusnya. Kita lalu mulai berbenah diri, kemudian kembali bangkit dan berusaha untuk menggapai goal selanjutnya. Naik dan turun. Berada di puncak lalu jatuh kembali. Hingga pada detik-detik terakhir dalam hidup kita, atau pada saat kita kehilangan seseorang yang berharga, barulah kita sadar dan mulai mempertanyakan. 


"Untuk apa selama ini aku berjuang mati-matian?"


"Untuk apa aku berlari dan berlari sampai tidak sempat melihat ke sekeliling?"


Antusias kita yang berlebih terhadap dunia sering kali membuat kita lupa dan mengabaikan sekitar kita. Asumsi bahwa kita baru akan bahagia saat kita sukses dan diakui membuat kita lupa akan sumber kebahagian yang sebenarnya sudah ada di sekitar kita. 


Karena sibuk bekerja siang malam, kita melupakan sahabat, tetangga, keluarga, orang tua atau bahkan Tuhan yang telah memberikan semua nikmat dan keberhasilan kita selama ini. Kita tertipu. Sungguh kita betul-betul tertipu. 


Guru besar kami, ayahanda kami, Abuya Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun sangat memahami hal ini. Beliau memberikan nasehat yang sangat penting untuk kita pegang seumur hidup. Beliau tidak ingin kita sebagai anak-anak dan santri beliau melupakan hal yang terpenting dalam hidup kita. Baik saat kita sedang terpuruk atau saat berada di puncak kebahagiaan.


Bagi saya pribadi, ini adalah nasehat pamungkas yang layak ditulis dengan tinta emas. Yang insyaallah akan saya jaga sampai saya mati. Yang akan selalu saya ingat meskipun beliau sudah tiada.


Beliau berpesan :


لا تجعل الدنيا تسرق منك هذه الخمس : 

١. لحظة الصفاء مع ربك .

٢. و البر مع والديك .

٣. و الحب بعائلك .

٤. و الإحسان لمن حولك .

٥. و الإخلاص في عملك .


"Jangan biarkan dunia mencuri 5 perkara ini darimu :


1. Moment ketenangan bersama Rabb-mu.


2. Bakti kepada orang tuamu.


3. Kasih sayang kepada keluargamu.


4. Berbuat baik pada orang di sekitarmu.


5. Tulus dalam pekerjaanmu."


*****



Sungguh, kami sangat mencintaimu Abuya. Nasehat-nasehatmu begitu berharga. Segala ucap dan sikapmu bagai cahaya. Tak mungkin kami bisa menemukan gantimu. Doakan kami. Bimbing kami. Agar kami tidak tersesat. Agar kami istiqamah dalam manhajmu. Agar kami suatu saat bisa menyusulmu. Kembali bersua dan berkumpul bersamamu, guru-gurumu, datuk-datukmu, dan Kakekmu Rasullullah SAW. 


*Ditulis pada hari Sabtu, ba'da Asar, 29 Rajab 1442 H. 



Posting Komentar untuk "Surat Cinta Dari dan Untuk Abuya"